Albata mengucapkan banyak terima kasih
kepada Bpk. John Freiberg
untuk sumbangan teks khotbahnya.
Pengantar
Shalom saudara-saudari!
Senang sekali hari ini kita boleh belajar Firman Tuhan bersama dari Filipi 1:1-2.
Mengawali pengajaran ini, saya akan mulai dengan satu pertanyaan: Siapakah diri Anda?
Pertanyaan ini penting sekali untuk dijawab karena jika kita tidak memahami siapa diri kita yang sebenarnya maka kita tidak bisa menentukan apa tujuan hidup kita di dunia ini, termasuk menentukan apa yang akan kita lakukan ke depan, atau mengenal dan memperbaiki hati kita yang kotor karena dosa. Karena jawaban ini membentuk hampir semua hal tentang diri kita sendiri dan itu terkait erat dengan sukacita kita, sekali lagi saya bertanya: Siapakah diri Saudara?
Latar belakang
Surat Filipi surat Rasul Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Filipi. Surat ini juga disebut “Surat Sukacita,” karena dalam surat ini Rasul Paulus banyak berbicara tentang sukacita. Akan tetap Rasul Paulus menulis surat ini ketika dia berada di dalam penjara! Bagaimana Paulus mendapatkan sukacita sekalipun dia ada dalam penjara? Mengapa dia penuh dengan kegembiraan sekalipun dia di penjara?! Satu alasan Rasul Paulus penuh dengan sukacita adalah karena dia mengerti siapa dia sebenarnya. Dia tahu bahwa identitasnya tidak bergantung pada situasi, atau lokasi, atau keadaannya. Identitasnya bukan berdasarkan hal-hal jasmani, tetapi berdasarkan sesuatu yang lebih besar dan lebih kuat— yaitu hal-hal rohani yang dia peroleh karena bersatu dengan Yesus.
Saudaraku, untuk menolong kita masing-masing dalam menjawab pertanyaan “Siapakah diriku,” ada beberapa pertanyaan yang perlu kita jawab:
Dari mana identitasmu berasal?
Siapakah yang menentukan identitasmu?
Dan bagaimana mereka menentukan identitasmu?
(Pihak ‘mereka’ tersebut bisa keluargamu, temanmu, gurumu, atau pun budayamu.)
Tetapi tahukah Anda bahwa yang punya otoritas tertinggi untuk menjawab pertanyaan, “Siapakah diriku” hanyalah Sang Pencipta kita?! Karena yang lebih tahu tentang identitas kita yang sebenarnya hanya Dia!
Namun apa yang TUHAN katakan tentang kita? Identitas apa yang dia berikan kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya?
Tiga identitas
Dalam Filipi 1:1-2 Rasul Paulus menggunakan tiga identitas untuk menjelaskan siapa dirinya sekaligus diri setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Pemahaman tentang ketiga identitas ini merupakan kunci untuk mengerti dan memperoleh sukacita yang sejati dan kekal, seperti yang Paulus memiliki. Tentunya setiap kita hidup sesuai dengan apa yang kita percayai tentang identitas kita masing-masing. Oleh karena itu mengetahui siapa diri kita dalam pandangan TUHAN dapat membentuk segala-galanya tentang diri kita. Mengetahui siapa dirimu akan membentuk juga cara pikir dan perilakumu.
Jadi, apa yang dikatakan Paulus di sini di awal kitab Filipi tentang siapa pengikut Kristus itu?
Mari kita lihat identitas yang pertama.
Budak
Mungkin Anda semua akan membaca ayat-ayat ini dan tidak melihat kata “budak.” Tetapi kata itu sebenarnya ada di dalam teks kita. Waktu Paulus memperkenalkan diri dalam ayat 1 (TSI) dia berkata, “Salam dari Paulus dan Timotius, hamba Kristus Yesus.” Tetapi dalam bahasa asli, Paulus tidak menggunakan kata Yunani untuk ‘hamba’, melainkan menggunakan kata yang berarti ‘budak’ (dalam bahasa Yunani disebut doulos). Salah satu ciri khas surat Paulus adalah hampir setia permulaan suratnya, dia selalu mengatakan dirinya sebagai budak Kristus.
Apakah ada perbedaan antara budak dan hamba? Ya pasti ada!
Seorang hamba akan disewa. | Seorang budak dibeli. |
Seorang hamba boleh pergi ke mana-mana. | Seorang budak harus tinggal dalam rumah pemiliknya. |
Seorang hamba bekerja untuk mendapat uang. | Seorang budak bekerja karena dia milik tuannya. |
Seorang hamba bergantung pada majikannya dalam hal pekerjaan. | Seorang budak bergantung pada pemiliknya dalam keseluruhan nasib hidupnya. |
Panggilan ‘budak’ adalah metafora yang sering digunakan Allah untuk menggambarkan orang-orang milik-Nya. Dalam Alkitab ada sekitar 150 kali orang Kristen disebut sebagai ‘budak Kristus’. Sebutan ini juga menjadi sebutan favorit para jemaat mula-mula untuk menyebut anggota-anggota jemaat.
Mengapa Rasul Paulus memilih kata ‘budak’ untuk menggambarkan identitasnya sendiri dan saudara-saudari seiman? (2Tim. 2:24; 1Kor. 7:23) Karena kata ‘budak’ sangat cocok dan indah untuk menggambarkan hubungan seorang Kristen dengan Kristus. Walaupun perbudakan biasa diartikan sebagai orang-orang yang tertindas dan memiliki kedudukan yang hina, tetapi dalam Kristus istilah itu sudah diubah menjadi suatu kehormatan, suatu kedudukan yang mulia, dan yang membawa sukacita yang abadi. Seorang yang diselamatkan— yang sudah bertobat dan diampuni serta menaruh kepercayaan penuh kepada Yesus— tidak hanya menjadi budak Allah, tetapi menjadi milik Allah sepenuhnya.
Sebenarnya, orang seperti itu sudah dibebaskan dari dosa-dosanya. Sadarilah: Setiap orang adalah budak kepada suatu hal. Dalam Surat Roma Paulus mengatakan bahwa setiap manusia adalah budak dosa, atau budak Allah. Hanya ada dua pilihan saja. Menurut saudara lebih baik mana? Apakah menjadi budak Allah, atau budak dosa?
Kita tidak bisa diperbudak oleh dua tuan, karena apabila demikian, maka kita akan menyakiti yang satu dan menyenangkan yang lain. Untuk menjadi budak Kristus, kita harus dibebaskan dari dosa kita. Perbudakan kepada Kristus tidak hanya berarti kebebasan dari dosa, rasa bersalah, dan hukuman. Itu juga berarti kebebasan untuk menaati dan untuk menyenangkan Tuhan, dan untuk berada dalam hubungan yang benar dengan Tuhan. Menjadi budak Kristus juga mengakhiri prasangka. Dalam Kristus, tidak penting lagi kalau Saudara adalah orang kaya, orang miskin, penguasa, orang lemah, orang berpendidikan, orang yang tidak berpendidikan, pria ataupun wanita. Kita semua menjadi sama dalam Kristus. Kita semua budak Kristus.
Bagaimana kita menjadi budak? Caranya adalah Kristus sudah membeli kita. Dan kita dibeli dengan harga yang mahal— yaitu darah-Nya sendiri. Dan tidak ada harga yang lebih tinggi yang pernah dibayarkan dari pada harga yang dibayarkan oleh Kristus diatas kayu salib. Jika kita adalah orang Kristen sejati, kita sudah dibeli dengan darah Yesus Kristus. Kebenaran ini luar biasa! Sungguh kita diberi hak istimewa yang menakjubkan untuk melayani Guru Agung kita, Kristus Yesus, yang adalah Anak Allah!
Ada lebih banyak hal lagi kita bisa pelajari tentang apa artinya menjadi budak Kristus, tetapi ada dua identitas lagi dalam perikop ini yang akan kita pelajari. Kita sebagai Kristen sejati adalah budak Kristus, dan kita juga adalah orang kudus.
Orang kudus
Filipi 1:1b TB “Kepada semua orang kudus dalam Kristus Yesus di Filipi, dengan para penilik jemaat dan diaken.”
TSI menerjemahkan, “Kepada yang kekasih saudara-saudari seiman saya di Filipi— yaitu semua yang sudah disucikan oleh Allah karena bersatu dengan Kristus Yesus, khususnya kepada semua penatua dan para pengerja jemaat.”
Istilah ‘orang kudus’ sering disalahpahami. Ada orang-orang yang mengajarkan secara keliru tentang ‘orang kudus’ bahwa orang kudus adalah orang Kristen istimewa, seperti pahlawan super-Kristen. Tetapi ini bukan kata kudus seperti yang dimaksudkan orang pada umumnya. Paulus tidak menulis kepada para pahlawan dalam jemaat. Dia menulis kepada seluruh jemaat. Dia memanggil setiap orang percaya yang sungguh-sungguh di dalam Kristus sebagai ‘orang suci’.
Dalam Alkitab istilah ‘orang kudus’ berarti orang yang dikhususkan untuk menggenapi maksud dan tujuan Tuhan. Orang kudus bukanlah istilah untuk beberapa orang yang khusus saja, tetapi setiap orang Kristen sejati yang menyadari bahwa kita harus dipisahkan dari dunia dan dosa. Kita mengerti bahwa kita sudah disucikan oleh Kristus, oleh karena itu kita dengan rasa berterima kasih berusaha hidup untuk memuliakan Allah.
Ef. 2:13 TSI: Tetapi walaupun dulu kalian sudah jauh sekali dari Dia, sekarang kalian sudah dibawa dekat kepada-Nya. Karena sekarang kalian sudah bersatu dengan Kristus Yesus dan sudah disucikan melalui kurban darah Kristus.
Hal ini TIDAK berarti bahwa orang Kristen tidak pernah berbuat dosa lagi, tetapi itu berarti bahwa ketika kita jatuh dalam dosa, kita dilindungi oleh ‘kebersatu-an’ kita dengan Kristus yang selalu hidup dengan benar di hadapan Allah. Kebersatuan kita dengan Kristus selalu bekerja di dalam kita untuk menjadikan kita semakin serupa dengan Dia. Setiap hari kita wajib berusaha bertumbuh dalam kekudusan Kristus.
Anak-anak
1 Korintus 1:3 TSI: “Doa kami, Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus akan selalu baik hati kepada kalian masing-masing dan menjagamu supaya kamu hidup dengan tenang dalam perlindungan Bapa dan Tuhan kita.”
Identitas kita dalam ayat tadi tidak langsung disebut, tetapi terlihat dalam perkataan bahwa Allah adalah Bapa kita. Hanya anak yang boleh memanggil seseorang “Bapak,” demikian juga kita sebagai anak-anak Sang Bapa kita di surga. Apakah kita menyadari betapa istimewanya kita diberi hak untuk memanggil Pencipta alam semesta, Raja di atas segala raja, sebagai ‘Bapa’?! Hidup kita mungkin pernah hancur, kita menjadi seseorang yang patut dimurkai, budak dosa, dan tanpa harapan. Tetapi sekarang, karena kasih Allah yang besar lewat Kristus Yesus, kita menjadi bagian keluarga Allah! Dia adalah Bapa kita, kita adalah anak-anak-Nya!
Jika Saudara adalah seorang Kristen, Saudara bukan hanya orang berdosa yang sudah diampuni. Anda adalah anak Allah karena anugerah adopsi, atau pengangkatan. Seperti yang dikatakan seorang penulis: “Menjadi benar di pandangan Hakim utama kita, Allah, adalah hal yang hebat, tetapi untuk dicintai dan dirawat oleh Allah Bapa, jauh lebih besar.” Saudara, tentunya statusmu sebagai anak Allah ini merupakan hal yang sangat berharga! Seorang budak selalu bisa dijual ke pemilik lain. Tetapi anak yang dipilih tidak akan pernah kehilangan statusnya sebagai anak.
Saudara, jika Anda hanya memahami Injil sebagai selamat dari neraka, maka Anda tidak akan pernah mengalami perubahan hidup yang merupakan tujuan kita dalam Injil. Dan kita tidak menjadi seperti identitas kita yang sebenarnya. Kita yang percaya penuh kepada Kristus, tidak hanya punya Allah sebagai Juru Selamat, tetapi juga sebagai Bapa. Manfaat terbesar Injil bukanlah bahwa kita selamat dari neraka, melainkan hak istimewa melalui adopsi, yang dari status musuh Raja kita, Allah, diubah menjadi putra dan putri Allah. Itu mengubah identitas kita secara total! Dan oleh karena perubahan itu, hidup kita ditransformasikan. Sekarang kita tidak lagi dinilai berdasarkan dosa dan kesalahan kita, atau dosa karena nenek moyang kita Adam dan Hawa, tetapi kita dinilai sesuai kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah Bapa kita yang agung.
Menjadi seorang kristen berarti menjadi seorang:
budak Kristus
orang yang sudah disucikan karena bersatu dengan Kristus, dan
anak-anak Bapa di surga
Kesimpulan
Identitas kita sebagai budak, orang suci, dan putra dan putri Allah semua boleh terjadi karena Kita bersatu dengan Yesus Kristus. Jadi apa yang Paulus mau untuk setiap jemaat? Jawabannya ada dalam Filipi 1:2:
TB menerjemahkan,
“Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.”
Ayat itu lebih gampang dimengerti dalam TSI:
“Doa kami, Allah Bapa dan Penguasa kita Kristus Yesus akan selalu baik hati kepada kalian masing-masing dan menjagamu supaya kamu hidup dengan tenang dalam perlindungan Bapa dan Penguasa kita!”
Berdasarkan kebersatuan kita dengan Allah Bapa dan Penguasa kita Kristus, kita mendapat dua berkat yang sangat besar. Yang pertama adalah Mereka berdua akan selalu baik hati kepada kita. Berkat luar biasa itu diberikan secara gratis kepada kita, dan tentu kita tidak pantas menerimanya. Jadi seperti dikatakan dalam Surat Titus 2:12,
“Jadi, selama hidup di dunia sekarang ini, kebaikan hati Allah itu bekerja dalam hati kita supaya kita belajar untuk hidup bijaksana, jujur, melayani Allah, dan melepaskan diri dari keinginan-keinginan dunia yang selalu bertentangan dengan kemauan TUHAN.”
Tidak disebut oleh Paulus dalam ayat tadi, tetapi sering terdapat dalam surat Paulus: Ketika kebaikan hati Allah itu bekerja dalam hati kita, kita juga belajar berbaik hati kepada semua sesama kita.
Berkat kedua yang kita peroleh adalah kita bisa pasti bahwa Allah Bapa dan Penguasa kita Kristus sedang menjaga dan melindungi kita. Tidak ada manusia atau oknum lain yang dapat merampas kita dari tangan Mereka! Oleh karena kepastian kita itu, kita dapat hidup tenang dalam perlindungan Allah Bapa dan Penguasa kita, Kristus Yesus. Hal itu pasti menggerakkan hati Rasul Paulus bersukacita walaupun dia berada dalam penjara ketika dia menulis surat kepada jemaat Filipi.
Apakah Saudara ingin bersukacita dalam setiap keadaan seperti Rasul Paulus?
Kuncinya, marilah kita masing-masing belajar siapa diri kita sebenarnya berdasarkan kebersatuan kita dengan Penguasa kita Kristus Yesus.