Mengapa TSI berbeda?

Penulis: Balazi Gulo dan Phil Fields

Salah satu perbedaan TSI dari terjemahan-terjemahan lain adalah dalam cara menerjemahkannya.  Prinsip-prinsip yang digunakan oleh tim penerjemah YABK tidak selalu sama dengan yang digunakan oleh yayasan-yayasan penerjemahan lain. Tim Penerjemah YABK ingin memprioritaskan arti yang dimaksudkan oleh para penulis Alkitab— yaitu arti yang dimengerti oleh para pembaca pertama. YABK menerjemahkan berdasarkan arti, bukan secara harfiah. Mari kita lihat perbedaan antara kedua cara menerjemahkan tersebut.

Terjemahan-terjemahan yang tergolong harfiah dalam bahasa Indonesia diantaranya adalah TB, AYT (Sabda), TL, dan MILT. Sedangkan terjemahan-terjemahan yang tergolong berdasarkan arti diantaranya adalah BIS dan TSI.

Terjemahan secara harfiah adalah cara yang pada umumnya digunakan dalam dunia penerjemahan Alkitab dari sejak dulu hingga sekarang. Contoh utama yang sudah menyejarah dalam penerjemahan adalah Septuaginta (terjemahan dari PL ke dalam bahasa Yunani yang dibuat sekitar 200-300 SM) dan King James Version (1611). Dalam terjemahan secara harfiah, para penerjemah berusaha memilih kata-kata dalam bahasa sasaran yang pas dengan arti setiap kata dalam bahasa Ibrani atau Yunani dalam Firman Allah. Jadi secara otomatis terjemahan akan mencerminkan bentuk atau struktur kalimat yang terdapat dalam bahasa asli Alkitab.

Catatan: Semua terjemahan secara harfiah tidak konsisten— kecuali Young’s Literal Translation. Ketidakkonsitenan terjadi ketika tim penerjemah menyadari bahwa terjemahan secara harfiah akan menimbulkan arti yang salah dalam bahasa sasaran. Jadi, setiap terjemahan harfiah mempunyai beberapa ayat yang diterjemahkan berdasarkan arti, supaya pembaca tidak salah memahami. Dan kalau membandingkan beberapa terjemahan harfiah, kita akan melihat bahwa berbagai tim yang menerjemahkannya tidak konsisten dalam ayat-ayat yang dipilih untuk diterjemahkan berdasarkan arti.

Tetapi komunikasi manusia tidak terdiri dari kata-kata saja. Dalam komunikasi sehari-hari, manusia tidak perlu mengungkapkan segala sesuatu sejelas mungkin dengan menggunakan kata-kata, karena si pendengar sudah tahu topik, sudah mengerti konteks, dan memiliki pengetahuan yang sama dengan pembicara. Persoalan yang dihadapi oleh pembaca Alkitab yang diterjemahkan secara harfiah adalah

  • pembaca zaman sekarang sering tidak mengerti topik dan konteks seperti para pembaca pertama,
  • kebudayaan sekarang sangat berbeda dengan kebudayaan zaman Alkitab,
  • dan kita tidak memiliki pengetahuan yang sama dengan penulis Alkitab.

Jadi, terjemahan berdasarkan arti mengungkapkan hal-hal tersebut supaya pembaca zaman sekarang dapat mengerti. Dengan menggunakan cara penerjemahan yang demikian, otomatis terjemahannya tidak mungkin lagi mencerminkan bentuk atau struktur bahasa sumber Alkitab.

Albata berharap semua pembaca mengerti bahwa TSI tidak bermaksud untuk mengganti Alkitab TB. Yang kami tegaskan adalah: Setiap anak Tuhan perlu memiliki akses untuk dua jenis terjemahan; karena yang satu mencerminkan bentuk bahasa sumber Alkitab, dan yang satunya lagi menyampaikan arti bahasa sumber. Kedua jenis terjemahan ini saling melengkapi.

Berikut ini adalah beberapa contoh cara menerjemahkan berdasarkan arti. Dan contoh-contoh ini menunjukkan bahwa terjemahan berdasarkan arti bisa:

  • membuat informasi tersirat dalam bahasa sumber menjadi tersurat,
  • menerjemahkan berbagai macam gaya bahasa sesuai artinya,
  • menerjemahkan satu istilah atau kata benda abstrak dengan frasa (beberapa kata),
  • dan menyusun ulang urutan informasi — sesuai yang berlaku dalam bahasa sasaran — supaya lebih wajar.

Informasi tersirat dalam bahasa asli dibuat tersurat

Kisah 2:8b-11 AYT 8 Dan, bagaimana mungkin masing-masing kita mendengar mereka dengan bahasa tempat kita dilahirkan?
9 Orang-orang Partia, dan Media, dan Elam, dan penduduk Mesopotamia, Yudea, dan Kapadokia, Pontus, dan Asia,
10 Frigia, dan Pamfilia, Mesir, dan daerah-daerah Libia dekat Kirene, dan pendatang-pendatang dari Roma, baik orang-orang Yahudi maupun para proselit,
11 orang-orang Kreta dan Arab. Kita mendengar mereka berbicara dengan bahasa kita tentang perbuatan-perbuatan besar Allah.”

Kisah 2:8-11 TSI 8 Lalu mereka semua terheran-heran dan berkata, “Bagaimana mungkin ini bisa terjadi?! Orang-orang yang berbicara ini semuanya orang Galilea,* tetapi setiap kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita masing-masing! Sungguh heran karena kita berasal dari banyak daerah,
9 termasuk Partia, Media, Elam, dan penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus, dan propinsi Asia.
10 Juga termasuk daerah Frigia, Pamfilia, Mesir, dan bagian-bagian Libia yang dekat kota Kirene. Juga ada yang datang dari ibukota Roma,
11 dari pulau Kreta, dan orang-orang Arab. Kita yang berkumpul adalah orang Yahudi, dan juga orang dari bangsa lain yang sudah menjadi pengikut agama Yahudi. Heran sekali sampai kita bisa mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang hal-hal luar biasa yang dilakukan oleh Allah!”

*Catatan dalam TSI: 2:7-8 Orang Galilea Para pendengar tahu bahwa orang Galilea biasanya hanya bisa berbicara dalam bahasa Ibrani sehari-hari yang dipakai di Galilea, dan bahasa umum— yaitu bahasa Yunani.

Dalam keempat ayat ini banyak hal tersirat dijadikan tersurat. Contohnya, nama tempat yang adalah kota, daerah, atau pulau. Dan di ayat 8, alasan para pendengar menjadi heran dan bingung lebih jelas. Itu juga merupakan suatu hal besar yang tersirat dalam bahasa sumber, yang bentuknya dapat dilihat dalam AYT. Juga catatan kaki digunakan untuk menjelaskan hal budaya pada waktu kejadian ini.

Menerjemahkan gaya bahasa sesuai artinya

Matius 21:16 MILT dan berkata kepada-Nya, “Apakah Engkau mendengar apa yang mereka katakan?” Dan YESUS berkata kepada mereka, “Ya, tidak pernahkah kamu membaca: Dari mulut kanak-kanak dan yang menyusu, Engkau telah mempersiapkan pujian !”

Matius 21:16 TSI Mereka berkata kepada-Nya, “Kamu tidak dengar anak-anak itu— kah?! Kenapa kamu tidak melarang mereka berkata seperti itu?!”
Jawab-Nya kepada mereka, “Ya, Aku dengar. Tetapi sampai kapan kalian bisa mengerti Firman Allah?! Karena penulis Mazmur berkata kepada Allah,
‘Engkau sudah mengajar anak-anak dan bayi-bayi untuk memberi pujian yang sempurna kepada-Mu.’”

Pertanyaan retoris adalah salah satu sekian macam gaya bahasa. Pertanyaan retoris menggunakan bentuk pertanyaan, tetapi kalimat tanya itu tidak digunakan dengan tujuan bertanya sungguhan. Dalam ayat ini, TSI menunjukkan bahwa pertanyaan para imam dan ahli Taurat adalah untuk menegur (marah), bukan pertanyaan sungguhan. Pertanyaan mereka juga menyampaikan bahwa mereka tidak setuju Yesus membiarkan anak-anak itu tetap bersorak-sorai ‘Hosana’.

Catatan: Karena bahasa Indonesia sering menggunakan pertanyaan retoris untuk menegur (marah), di sini tim penerjemah tetap menerjemahkan dengan bentuk kalimat tanya— bahkan menambah pertanyaan retoris dalam huruf tebal supaya maksud ‘menegur’ dimengerti oleh pembaca. Selain menegur, ada banyak alasan lain untuk menggunakan pertanyaan retoris. Misalnya, Yesus sering menggunakan pertanyaan retoris untuk membuka topik pelajaran (untuk menarik perhatian pendengar). Dalam situasi seperti itu TSI bisa menerjemahkan pertanyaan retoris Yesus sebagai pernyataan.

Dalam frasa huruf tebal yang kedua di atas, TSI sekali lagi membuat informasi tersirat menjadi tersurat ketika menjelaskan siapa yang berbicara dengan Siapa, supaya pembaca dapat mengerti kutipan dari Mzm. 8:3.

Menerjemahkan satu kata dengan frasa

Markus 4:24 TB Lalu Ia berkata lagi: “Camkanlah apa yang kamu dengar! Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur akan diukurkan kepadamu, dan di samping itu akan ditambah lagi kepadamu.

Markus 4:24 TSI Lalu Yesus berkata lagi kepada mereka, “Apa yang Aku ajarkan, kalian masing-masing harus menyimpannya dengan baik di dalam hatimu. Karena sebagaimana kamu berusaha untuk mengerti ajaran-Ku, begitu juga Allah akan menambahkan kemampuan kepadamu untuk memahaminya. Bahkan Dia akan menambahkan lebih banyak hikmat lagi.

Kata yang diterjemahkan ‘Camkanlah’ dalam TB bisa juga diterjemahkan dengan kata ‘Perhatikanlah’, yang memang lebih sederhana dari Camkanlah. Tetapi ternyata tim penerjemah TSI ingin membuat supaya yang disuruh ‘perhatikan’ lebih jelas lagi dengan menggunakan frasa ‘menyimpannya dengan baik di dalam hatimu’.

Dalam bagian kedua dalam ayat 24 ini, TSI sekali lagi membuat sesuatu yang tersirat menjadi tersurat. Ayat ini diucapkan oleh Yesus ketika mengajar dengan menggunakan berbagai perumpamaan yang menggambarkan hal-hal rohani. Jadi TSI menjelaskan apa yang ‘diukurkan’ sesuai konteks pasal ini. Pelaku tersirat untuk kata kerja pasif ‘diukurkan’ dan ‘ditambah’ juga dibuat tersurat— yaitu Allah.

Menyusun kembali urutan informasi supaya kalimat menjadi lebih wajar dalm bahasa sasaran

Galatia 1:1-2 TB Dari Paulus, seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati,
dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia:

Galatia 1:1-2 TSI Kepada yang kekasih saudara-saudari seiman di setiap jemaat di propinsi Galatia:
Salam dari saya, Paulus, dan dari semua saudara seiman yang ada bersama saya.
Saya menjadi rasul bukan karena diangkat atau diutus oleh manusia, tetapi saya menerima jabatan ini langsung dari Kristus Yesus dan dari Allah Bapa— yang sudah menghidupkan Yesus kembali dari kematian.

Di setiap permulaan pasal surat-surat PB, TSI hampir selalu menyusun ulang (menyesuaikan) urutan informasi yang terdapat dalam bahasa Yunani, supaya mengikuti urutan yang selalu digunakan dalam bahasa Indonesia saat ini.

Perbandingan terjemahan harafiah dengan terjemahan berdasarkan arti: