Menjawab pertanyaan pembaca:
Apakah kita boleh membela diri atau membela Tuhan?
Shalom Ibu MJS, saya akan mencoba menjawab pertanyaan Ibu semoga menjadi berkat.
Ibu MJS : Adakah Firman atau kisah di Alkitab yang menceritakan atau mengatakan bahwa kita seorang manusia boleh membela diri? Misalnya disaat orang-orang memfitnah kita atau mempermainkan kita?
J : Di jaman ini kita banyak mendengar berita tentang kekacauan dan kerusuhan di berbagai tempat. Masalah persekusi dan penindasan terjadi dimana-mana dan juga dalam rumah tangga. Kasus istri yang disiksa suami— baik secara fisik maupun batin, terjadi setiap hari. Mereka yang kuat menindas yang lemah, dan mereka yang berkuasa menjalankan kuasanya dengan sewenang-wenang. Orang Kristen adalah orang yang harus mempraktekkan kasih kepada sesama. Tetapi kenyataan hidup sukar diduga. Seringkali kita dihadapkan dengan masalah di mana kita harus menerima umpatan, penistaan dan hujatan dari orang di sekitar kita. Yesus mengajarkan bahwa jika kita ditampar di pipi kanan, maka kita seharusnya memberikan pipi kiri juga. (Matius 5: 39 TSI) “39 Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu. Misalnya kalau seseorang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu.”
Perintah ini mengandung kiasan bahwa jika kita mengalami penghinaan atau umpatan orang lain, kita harus bersabar dan tidak memperburuk suasana dengan melakukan pembalasan. Menyerang orang lain dan membalas kelakuan jahat mereka adalah bertentangan dengan prinsip hidup keKristenan kita. Kita harus tetap dapat mengasihi sesama manusia, siapapun dalam keadaan apa pun.
Tetapi bagaimana jika kita tidak hanya menghadapi kemarahan, hujatan dan makian tetapi juga mengalami serangan fisik dan batin? Bolehkah kita membela diri? Ini adalah salah satu topik yang sukar dalam keKristenan. Banyak orang yang berkata bahwa kita harus menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, dan jika perlu kita harus siap untuk berkurban seperti Stefanus sebagai seorang martir. Tetapi ini tidaklah benar. Penganiayaan, kekerasan, dan persekusi lainnya terjadi di berbagai tempat di dunia yang penuh dosa ini. Dan adalah kenyataan bahwa karena dunia ini tidak sempurna, pemerintah dan hukum tidak selalu dapat mengendalikan suasana. Tuhan tidak membutuhkan “martir-martir” di setiap tempat dan dalam setiap waktu. Orang Kristen boleh dan wajib membela diri dalam batas- batas tertentu, selama itu tidak merupakan penyerangan dan pembalasan. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah orang-orang yang memusuhimu, dan berdoalah bagi setiap orang yang menganiaya kamu.” (Matius 5:44 TSI)
Ibu MJS : Boleh gak kita membela Tuhan? Misal dari orang-orang yang merendahkan-Nya, mengolok-olok Dia.
J : Sudah menjadi hal biasa bila kita mendengar bahwa ada kerusuhan atau perselisihan antar umat beragama. Masalah yang timbul memang tidak mudah untuk diselesaikan dan dicari jalan keluarnya. Walaupun seseorang memahami ajaran agamanya, ada kecenderungan ia akan merasa tersinggung ketika simbol-simbol agama dihina. Dalam keadaan itu, jangankan terluka, matipun mereka siap demi membela agama. Tetapi Tuhan tidak perlu dibela. Inilah yang dialami oleh murid-murid Kristus saat melihat sang Guru mereka ditangkap. Seakan siap bertarung mempertaruhkan nyawa mereka masing-masing. Artinya Tuhan adalah Maha Berkuasa atas segala-galanya dan tidak perlu pembelaan dari manusia. Saya pikir bahwa tindakan membela simbol-simbol agama bahkan Tuhan sendiri justru menunjukkan bahwa pelaku tidak memahami kedaulatan Tuhan dan kemahakuasaan-Nya. Kita perlu berhati-hati: Jangan sampai pembelaan yang kita lakukan justru salah di mata Tuhan.
Dalam cerita ketika Paulus dan Barnabas dipenjarakan di Filipi, Paulus siap membela dirinya dengan mempertahankan haknya sebagai warga negara Roma. Begitu juga waktu dia ditangkap di Yerusalem, dan dalam semua kesempatan yang diberikan untuk membela dirinya. Kita diperbolehkan membela diri dengan berlindung pada hukum negara dan melalui segala aparat keamanan. Ada cerita lain di mana Paulus membela diri dengan melarikan diri dari situasi berbahaya. Kita diperbolehkan melarikan diri! Dalam situasi lain, memang Paulus membela diri dengan kekuatan berdebat atau negosiasi. Ada juga situasi lain: Contohnya, dalam situasi di mana keluarga seorang bapak atau ibu diancam secara fisik, seperti dalam situasi perampokan. Saya kira Tuhan mengizinkan kita mengambil tindakan dalam situasi seperti itu untuk membela orang lain atau keluarga kita.
Tuhan memberkati.