Alkitab Dipalsukan? — Naskah dari YesHeIs.com

Alkitab memiliki keunikan tersendiri yang tak tersaingi oleh kitab manapun yang pernah ada dan yang akan ada di dunia ini. Sekalipun Alkitab ditulis oleh lebih dari 40 orang, dengan latar belakang yang berbeda, tapi keselarasan dan kontinuitasnya terpelihara. Para penulis yang terpilih itu terdiri dari para raja, petani, filsuf, nelayan, dokter, negarawan, sarjana, penyair, dan pembajak sawah.

Alkitab ditulis dalam 2 bahasa yang berbeda, yakni Ibrani dan Yunani.

Para penulis hidup di negeri yang berbeda dan dengan pengalaman yang berbeda-beda pula. Mereka tidak dalam satu generasi sehingga tidak pernah mengadakan pertemuan, konsultasi, seminar, lokakarya, konferensi, atau semacamnya untuk suatu persetujuan atau kesepakatan mengenai pembagian tugas, materi, outline, tujuan dan alamat penulisan. Alkitab ditulis dalam satu periode sejarah yang cukup panjang, memakan waktu kurang lebih 1.600 tahun. Tak dapat disangkal bahwa kumpulan dari 66 kitab ini merupakan lembaran-lembaran yang paling banyak dibaca dan terus-menerus dibaca hingga kini. Kumpulan kitab ini memiliki paling banyak bahasa terjemahan, paling banyak jilid penerbitan, dan paling banyak pengaruh terhadap hidup manusia. Tak terhitung jumlah orang yang rela menjadi martir, dianiaya, dan bahkan mengorbankan apa saja atas keyakinannya terhadap Alkitab. Sementara yang lain meninggalkan kehidupan yang jahat; yang lain lagi dikuatkan dari keputusasaan atas keyakinan akan Alkitab sebagai firman Allah yang hidup.

Karena fenomena ini, Alkitab terus menerus diselidiki dan dipermasalahkan kelayakannya. Alkitab mendapat perhatian istimewa dibandingkan dengan kitab-kitab lain di dunia ini, terutama relevansinya terhadap kehidupan manusia dalam dunia yang terus berubah. Dalam studi teologi sistematika masalah ini dibahas khusus dalam sektor bibliologi. Salah satu pokok yang dipermasalahkan adalah keyakinan tradisional bahwa Alkitab adalah Firman Allah yang tanpa kesalahan (Inerrancy) dalam naskah aslinya; bukan hanya doktrin melainkan juga fakta sejarah dan kehidupan.

Sebagai orang percaya, kita meyakini bahwa Kitab Suci (Alkitab) adalah Firman Allah, yang artinya bahwa setiap tulisan di dalamnya adalah perkataan Allah sendiri dan berfokus pada hubungan antara Allah dengan manusia.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16)

Maka, jika Alkitab berubah-ubah dan telah dipalsukan seharusnya:

  1. Inti (Esensi) tulisan antara penulis satu dengan yang lain berbeda
  2. Tidak ada salinan aslinya. Kalaupun ada, kembali kepada poin pertama seharusnya esensinya berbeda.

Namun, pada kenyataannya, tidak demikian yang terjadi dengan Alkitabsalinan asli masih terjaga hingga hari ini dan esensi keseluruhan isi Alkitab tidak berbeda, menyatakan hal yang sama dan selaras yaitu rancangan keselamatan (Kasih) dari Allah bagi manusia melalui Yesus Kristus.

Para ahli dapat mempelajari tulisan asli para rasul dari salinan yang disalin dengan hati-hati, untuk menentukan ke-otentisitas– an Alkitab sehingga tiba pada sebuah kesimpulan yang sangat dekat dengan dokumen aslinya.

Tes yang digunakan untuk menentukan keabsahan salinan yang selamat antara lain:

1. Tes bibliografis 
Tes ini membandingkan isi Alkitab dengan dokumen kuno lain dari periode yang sama. Yang dibandingkan: jumlah salinan yang eksis saat ini, jarak waktu antara tulisan asli dan salinan paling awal yang selamat, dan perbandingan sejarah dengan dokumen kuno yang lain. Lebih dari 5000 manuskrip salinan dalam bahasa Yunani telah ditemukan, dan jika dihitung dalam bahasa-bahasa lain, jumlah tersebut menjadi 24000, semuanya berasal dari abad kedua hingga abad keempat.

2. Tes bukti internal 
Tes ini mempertanyakan konsistensi saksi mata, detail nama orang, nama tempat, dan nama kejadian, surat kepada individu atau kelompok kecil, kejadian yang memalukan sang penulis, kehadiran materi yang tidak relevan atau kontra-produktif, dan tidak adanya materi yang relevan. Jika keempat Injil menulis hal yang sama persis, maka hal itu menjadi patut dicurigai. Para saksi mata yang menuliskan Injil menceritakan kisah Yesus dari perspektif yang berbeda-beda, namun catatan mereka tetap konsisten satu dengan yang lain, sehingga secara keseluruhan, keempat Injil memberikan gambaran yang jelas dan utuh tentang Yesus. Para sejarawan sangat menyukai detail karena hal tersebut mempermudah pelacakan kebenaran. Surat-surat Paulus dan keempat Injil penuh dengan detail nama orang, nama tempat, dan kejadian dan banyak di antaranya telah dibuktikan oleh sejarawan dan arkeologis. Nama-nama yang ditulis oleh penulis Injil akan dengan mudah ditemukan oleh orang-orang yang menentang mereka, para imam Yahudi dan tentara Romawi.
Ahli sejarah Louis Gottschalk berpendapat bahwa surat yang tidak dipublikasikan secara umum dan ditujukan pada seseorang atau sekelompok kecil orang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk dapat dipercaya.
Selain tes-tes di atas, sejarawan juga mencari materi-materi kontraproduktif dan tidak relevan. Hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Yesus mati disalib padahal dianggap akan menyelamatkan Israel, kubur Yesus yang kosong ditemukan oleh wanita padahal zaman itu kesaksian wanita tidak dianggap sama sekali) dan detail-detail yang tidak berhubungan dengan cerita utama dan hanya disinggung sekali saja dianggap sebagai tanda bahwa materi-materi tersebut memang benar-benar terjadi atau mereka tidak akan dituliskan. Demikian pula dengan isu-isu yang dihadapi oleh gereja abad pertama ─ pengabaran Injil kepada non-Yahudi, karunia Roh Kudus, sakramen baptis, kepemimpinan gereja ─ sedikit sekali disinggung oleh Yesus. Adalah masuk akal jika para rasul hanya ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan menambahkan materi-materi ke dalam Injil yang ditulis. Dalam satu masalah, Paulus dengan terus terang berkata, “Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan”

3. Tes bukti eksternal
Tes ini mengukur reliabilitas suatu dokumen dengan membandingkan dengan catatan sejarah yang lain. Dalam hal ini yaitu catatan sejarah non-Kristen tentang Yesus. Paling tidak ada tujuh belas tulisan non-Kristen yang mencatat lebih dari lima puluh detail tentang kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus, ditambah dengan detail gereja mula-mula. Lebih jauh lagi, reliabilitas Perjanjian Baru didukung oleh lebih dari 36.000 dokumen non-Alkitab (kutipan dari pemimpin gereja tiga abad pertama) sehingga jika seluruh salinan Perjanjian Baru hilang, maka para ahli dapat merekonstruksi ulang menggunakan dokumen-dokumen tersebut dengan perkecualian beberapa ayat saja.

Esensi seluruh kisah di Alkitab, dari Kitab Kejadian sampai dengan Wahyu, memiliki benang merah yaitu menyatakan rancangan keselamatan Allah bagi manusia melalui Yesus Kristus. Dan salinan asli Alkitab masih terjaga sampai sekarang. Tidak banyak orang di luar Kristen yang mengetahui, bahwa segala yang tertulis di Alkitab telah diberikan peringatan keras oleh Allah untuk tidak menambah atau mengurangi isi FirmanNya.

“Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22:18–19)

Jika masih ada pihak yang mengatakan bahwa Alkitab itu palsu, bukankah seharusnya mereka bisa menunjukkan yang mana Alkitab versi asli dan palsu ? Bukan hanya sekedar menyatakan klaim berdasarkan tulisan seseorang yang tidak berdasar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan?

[Naskah ini tidak ditulis oleh anggota Albata, tetapi hanya diposting di sini. Aslinya terdapat di situs YesHeIs.com.]